PROSES
PERJUANGAN KEMERDEKAAN FILIPINA (1751-1946)
2.1 Latar Belakang Proses
Penjajahan di Filipina
Filipina
adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan. Negara ini
terdiri dari 7.107 pulau, Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara
Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat (Spanyol dan
Amerika Serikat).
Filipina
adalah negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang
negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, hal ini diakibatkan
oleh penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan
pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi
yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh
pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat.
Provinsi
dan wilayah di Filipina
|
Masalah-masalah besar yang timbul di
negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara
Rakyat Baru
(New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan-kebijakan pemerintah
yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan
kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga
mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat
kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang
tinggi.
Pada
tahun Oktober 1762 sampai Mei 1764 Inggris menduduki Manila. Pendudukan Inggris
di Manila itu merupakan suatu kejadian didalam perang tujuh tahun. Pemerintah
Inggris mengharapkan pendudukan tersebut untuk menghasilkan rampasan amat besar
dan melakukan pengrusakan yang serius kepada perdagangan Spanyol di Pasifik,
tetapi tidak mempertimbangkan untuk tetap menguasainya sesudah perang tersebut.
Mereka secara pasti bertujuan untuk mendesak Spanyol dari laut-laut China di
dalam meluaskan perdagangan sendiri di situ, maka menganggab bahwa
penggabungannya pulau Mindanao dapat merupakan bantuan terbesar untuk maksud
tersebut. Tetapi berita tentang penguasaan kota Manila itu tidak mencapai Eropa
pada waktu hasil perundingan-perundingan di Paris tercapai, maka East India
Company (EIC) tetap dicagah untuk menggunakan Manila sebagai suatu penghalang
perdagangan. Manila diserahkan kembali kepada Spanyol dan uang tebusan sebesar
4 juta dollar dijanjikan oleh pengusa Spanyol bila kota itu diserahkan tetapi
ditolak oleh Madrid. Akibat dari pendudukan Inggris di Filipina tersebut
sebaliknya tersebar luas. Perhatian dunia jadi difokuskan kepada Manila untuk
pertama kalinya, selama beberapa bulan Manila dibuka untuk perdagangan asing
maka pedagang Inggris dan pedagang asing lainnya bertandatangan ntuk
menyelidiki kemungkinan-kemungkinannya sebagai pusat perdagangan. Lebih penting
lagi gampangnya kota itu direbut telah mengakibatkan hancurnya prestige militer
Spanyol untuk selamanya, sehingga pemberontakan-pemberontakan meletus di
mana-mana.
Ditinjau
dari sejarahnya, Filipina dipercaya telah dimulai dengan kedatangan manusia
pertama lewat jembatan darat paling tidak 30.000 tahun yang lalu. Kedatangan
pertama orang-orang Barat yang tercatat adalah kedatangan Ferdinand Magellan di Pulau
Homonhon, di
tenggara Samar pada 16 Maret 1521. Sebelum kedatangan Magellan, terdapat
suku-suku Negrito yang menjelajahi pulau-pulau
Filipina, namun mereka kemudian digantikan oleh orang-orang Austronesia. Kelompok-kelompok tersebut dapat digolongkan menjadi suku
pemburu dan peramu, masyarakat kesatria, plutokrasi kecil, dan kerajaan maritim, yang kemudian tumbuh menjadi
kerajaan, konfederasi dan kesultanan. Negara-negara prakolonial itu contohnya kerajaan
Butuan, Cebu, Tondo, Maysapan, Maynila, konfederasi
Madyaas, Negeri
Mai, dan kesultanan Sulu serta Maguindanao. Negara-negara kecil ini berkembang
paling tidak sejak abad ke-10. Meskipun kerajaan-kerajaan ini mencapai tatanan
politik dan sosial yang rumit, serta melakukan perdagangan dengan daerah-daerah
yang sekarang menjadi Cina, India, Jepang, Thailand, Vietnam dan Indonesia, tidak ada yang berhasil menyatukan
kepulauan yang sekarang menjadi Filipina di abad ke-20.
Pada
tahun 1521, ketika orang Portugis dan Spanyol bertemu di Maluku, timbul
perselisihan antara keduanya. Bangsa zSpanyol dan Portugis saling menuduh,
bahwa lawannya melanggar isi perjajnian Tordessilas (1494). Perselisihan ini
kemudian dapat diakhiri dengan ditandatangani Perjanjian Saragosa (1529), yang
menetukan batas timur antara wilayah kekuasaan Portugis dan Spanyol yaitu garis
meridian yang melalui kepulauan Jailolo. Namun demikian, Spanyol tetap
mengklaim bahwa daerah kepulauan (sekarang Filipina) adalah wilayah kekuasaannya
karena merekalah yang pertama kali menemukannya. Mereka berusaha menduduki
daerah itu. Pada tahun 1542 Ruy Lopez de Villaloboz berangkat dari Meksiko
untuk menaklukkan daerah tersebut. Dialah yang memberikan nama “Philippines”
sebagai penghormatan kepada Raja Spanyol yaitu Raja Phillips II.
Ekspedisi
kedua dikirim pada tahun 1562 di bawah pimpinan Miguel Lopez de Legazpi.
Berangkat dari Meksiko dengan pasukannya yang kuat. Perang berlangsung antara
tahun 1565-1572. Perang ini berakhir dengan penaklukkan tiga kerajaan Islam
yang belum lama didirikan di Manila yaitu Raja Sulaiman, Raja Matarda dan Raja
Lakandula. Raja Matarda dan Raja Lakandula lebih dulu tunduk kepada Spanyol dan
kemudian memeluk agama Kristen, sedangkan Raja Sulaiman melawan sampai gugur.
Akhirnya
Spanyol lah yang berhasil menguasai Filipina, hal ini dibuktikan dengan
kedatangan ekspedisi Miguel López de
Legazpi pada
tahun 1565, yang mendirikan pemukiman San Miguel di pulau Cebu dan lebih banyak lagi pemukiman ke
utara, mencapai teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571. Di Manila, mereka mendirikan kota baru dan
dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih
dari tiga abad.
Tujuan penjajahan Spanyol di
Filipina adalah:
1.
Ingin menguasai perdagangan rempah-rempah
2.
Ingin mengadakan hubungan dengan Cina
dan Jepang dalam rangka menjalin hubungan dagang yang luas
3.
Menyebarkan agama Nasrani
Atas
dasar di atas itulah yang melatar belakangi bangsa Spanyol menginjakkan kakinya
di tanah Filipina. Namun dalam proses perkembangannya dari tujuan tersebut,
hanya tujuan yang ketiga yang dapat dicapai. Hal ini disebabkan oleh hal-hal
berikut:
Filipina tidak menghasilkan
rempah-rempah, namun hanya menjadi bandar transito. Spanyol berusaha untuk
menutupi kekurangan ini dengan mencoba mengeksploitasi emas dan ternyata
kawasan ini juga tidak menghasilkan emas. Akhirnya Spanyol berusaha
meningkatkan posisi Manila sebagai Bandar transito yang penting di Asia
Tenggara. Namun ketika Inggris membangun Hongkong (1842) kedudukan Manila
sebagai Bandar transito jatuh.
Upaya Spanyol untu menjalin hubungan dagang dengan Jepang
dan Cina gagal karena keduanya menjalankan isolasi.
Tujuan yang ketiga ini yang
tercapai. Penyebaran agama Nasrani di Filipina paling berhasil dibandingkan
dengan penyebaran agama Nasrani di bagian Asia Tenggara lainnya. Mungkin
disebabkan penyebaran agama Islam di Filipina sebelah Utara belum meluas.
Banyak diantara penduduk asli menganut animisme dan dinamisme.
Bangsa Spanyol menguasai dan menjajah Filipina dengan sistem
kuno, yaitu Gospel (Penyebaran agama), Gold (Emas), dan Glory (kejayaan).
Penyebaran agama Roma Katolik mendapat bantuan dari pemerintah spanyol sebagian
besar penduduk Filipina memeluk agama Roma Katolik hanya Filipina bagian
selatan tidak dapat dipengaruhi dan tetap memeluk agama Islam (Moros).
Biara-biara Roma Katolik muncul dimana-mana yang akhirnya menguasai sebagian
besar tanah-tanah di Filipina. Para petani tidak dapat berbuat apa-apa karena biara-biara
itu mendapatkan jaminan dan perlindungan dari pemerintah jajahan Spanyol.
2.2 Proses Penjajahan di
Filipina
Pada awal penjajahan Spanyol di Filipina hanya terdapat satu
lembaga kehidupan masyarakat yaitu “barangai”, suatu kumpulan keluarga dalam
lingkungan pengaturan kehidupan masyarakat yang bersifat lokal. Setalah
kedatangan bangsa Spanyol Barangai dijadikan sebagai unit pemerintahan lokal di
bawah “cabeza”. Pemimpin cabeza ini secara turun-temurun mempunyai
hak-hak istimewa dibandingkan dengan jabatan-jabatan yang lainnya, yaitu
bertanggung jawab atas pajak dan pelaksanaan pemerintahan.
Sedangkan jabatan di atas cabeza adalah “Pueblo” khususnya
Bandar-bandar pelabuhan yang diperintah oleh Gobernadorcillo yang biasa
dipanggil “capitan”. Capitan tersebut dipilih secara demokratis di kalangan
orang-orang Spanyol. Di samping itu, dibentuk pula badan perbendaharaan rakyat
yang disebut Caja de Cominad. Badan ini kedudukannya sangat kuat, karena
dilindungi oleh “Audencia” (Dewan Rakyat di Spanyol) tugasnya adalah menghadapi
dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam bidang ekonomi.
Dalam
pelaksanaan pemerintahan pada umunya Filipina dikuasai oleh dua bentuk
pemerintahan, yaitu:
Pemerintahan Sipil, yang dipimpin
oleh Gubernur Jendral
Pemerintahan Gereja, yang dipimpin
oleh seorang Uskup
Kedua pemerintahan itu mempunyai kedudukan yang seimbang.
Dalam hal-hal tertentu pemerintahan gereja lebih besar pengaruhnya. Pada waktu
Spanyol menghadapi perang Delapan Puluh tahun 1468-1648 melawan Belanda,
akibatnya terasa di Filipina Belanda mengancam kedudukan Spanyol di Filipina.
Untuk membiayai peperangan ini, pemerintahan jajahan Spanyol di Filipina
melaksanakan sistem penindasan sebagai berikut:
Pelaksanaan sistem “Polo”, semua
orang, kecuali pembesar dan anak sulung harus bersedia menjadi buruh,
pekerjaannya cukup berat, gaji jarang di bayar. Kepadanya hanya diberikan beras
untuk menyambung hidup.
Sistem “Vancala”, semua orang
Filipina (petani) dipaksa menjual hasil buminya kepada pemerintah yang
membayarnya dengan surat perjanjian utang dari pemerintah. Sistem ini sangat
menindas kehidupan petani (Ahmad, Abu Thalib. 1991: 132).
Selain
itu Pemerintahan Spanyol di Filipina juga berusaha mencapai penyatuan
politik seluruh kepulauan, yang sebelumnya terdiri atas berbagai kerajaan
dan komunitas merdeka, namun hal ini tidak berhasil. Penyatuan Filipina baru
berhasil pada abad ke-20. Spanyol memperkenalkan percetakan versi Eropa Barat,
dan kalender Gregorian, dan juga cacar, penyakit kelamin, lepra, perang dengan senjata api. Hindia
Timur Spanyol
diperintah dan diadministrasi sebagai bagian Kerajamudaan Spanyol Baru dari Meksiko dari 1565 sampai 1821, dan diadministrasi langsung dari Madrid dari tahun 1821 sampai akhir Perang
Spanyol-Amerika
di tahun 1898, kecuali pada selang singkat pendudukan Britania di Filipina
(1762-1764). Orang-orang Cina, Britania, Portugis, Belanda, Jepang dan pedagang
pribumi mengeluh bahwa Spanyol menekan perdagangan dengan pemberlakuan monopoli
Spanyol. Misionaris Spanyol mencoba mengkristenkan penduduk dan umumnya sukses
di dataran rendah utara dan tengah, pada akhirnya. Mereka mendirikan sekolah,
universitas, dan rumah sakit, terutama di Manila dan pemukiman benteng-benteng
Spanyol.
Kedudukan
pemerintahan Spanyol di Filipina sangat kuat karena hal-hal yang menyangkut
keagamaan dianggap lebih penting dari pada yang lainnya. Maka terhadap
pemerintahan agama inilah bangsa Filipina mengarahkan serangannya untuk
membebaskan diri. Sedang pemerintahan sipil, sebagaimana dengan sistem
pemerintahan bangsa-bangsa Eropa atau bangsa-bangsa penjajah lainnya, untuk
memenuhi kepentingan kaum penjajah, mereka selalu melakukan tindakan penindasan
dan pemerasan, begitu juga yang terjadi terhadap rakyat Filipina.
Bangsa
Spanyol menduduki Filipina karena menurut perkiraannya kepulauan Filipina
memiliki kekayaan dari kerajaan-kerajaan kuno seperti halnya kerajaan-kerajaan
kuno di Amerika. Ketika yang mereka cari namun tidak berhasil ditemukan, maka
bangsa Spanyol bermaksud menjadikan kota Manila sebagai pusat perdagangan di
Asia. Manila akhirnya menjadi gudang rempah-rempah sehingga kapal-kapal Eropa
tinggal membeli dan membawanya kembali ke Eropa tanpa susah payah
mendapatkannya. Manila maju dengan pesatnya lebih-lebih dengan majunya
tanah-tanah jajahan Amerika, Manila menjadi pelabuhan perantara ke tanah-tanah
jajahannya di Asia lainnya.
Pada
abad ke-19, aktivitas perekonomian di Manila mengalami kemerosotan. Hal ini
disebabkan dengan munculnya imperialisme Inggris yang mulai bergerak ke Asia
Tenggara dan Asia Timur Singapura dan Hongkong dikuasainya serta Cina menjadi
tanah harapan bagi imperialisme barat.
Sejak
terbukanya Jepang, perhatian bangsa-bangsa barat ( Eropa-Amerika Serikat)
tertuju kepada Jepang sehingga perdagangan Manila mengalami kemerosotan, sejak
saat itu pula pemerintahan jajahan spanyol di Filipina mulai runtuh dari dalam
perdagangan. Makin lama makin jatuh ke tangan orang-orang Cina yang semakin
banyak datang ke Filipina.
2.3 Bentuk-bentuk perjuangan
untuk Mencapai Kemerdekaan
Penentangan adat resam dan penindasan kerajaan Spanyol ini
telah mencetuskan pemberontakan Basi. Pemberontakan ini dapat disamakan dengan
peristiwa “Whisky Rebellion” di Amerika Syarikat pada tahun 1794.
Pemberontakan ini melibatkan golongan tentara Filipina yg tidak puas hati dengan amalan diskriminasi tentara Spanyol terhadap tentara Filipina. Mereka dibedakan dari segi gaji, taraf jawatan dan pekerjaan, layanan dan peluang kenaikan pangkat. Ini terbukti apabila tentara Filipina diberi gaji yang rendah, layanan yang buruk dan tidak berpeluang menjawat jawatan yang lebih tinggi berbanding tentara Spanyol. Dalam pemberontakan ini tentera Filipina hampir menawan Manila. Pemberontakan ini sebenarnya satu usaha untuk mengembalikan maruah tentera Filipina yang ditindas agar setanding dengan tentara berbangsa Spanyol.
Pemberontakan Tayabas merupakan pemberontakan golongan paderi-paderi Filipina menentang paderi Spanyol. Pemberontakan ini disebabkan amalan diskriminasi dikalangan paderi Sepanyol dgn paderi Filipina. Paderi-paderi Spanyol diberi berbagai kemudahan, keistimewaan dan memegang jawatan yang tinggi dalam gereja sedangkan paderi berbangsa Filipina diketepikan dan tidak dibenarkan menduduki jawatan penting dalam gereja. Gerakan ini dipimpin oleh paderi Apolinario de La Cruz Beliau mencoba menumbuhkan persatuan Gereja St.Joseph yang ahlinya terdiri daripada orang-orang Filipina sahaja. Namun cubaan Cruz mendapat tentangan daripada gereja Katolik.Cruz kemudiannya telah menubuhkan gerejanya sendiri dan melantik dirinya sebagai ketua Cruz juga tidak dibenarkan belajar di gereja katolik sebagai langkah menghalang peluasan kuasa paderi Filipina. Cruz telah menumbuhkan pertumbuhan agama yang dikenali sebagai Confrdia de San Jose yang bertujuan menghalang diskriminasi penguasa Sepanyol dlm gereja. Pertumbuhan ini diharamkan oleh Sepanyol bagi menghalang bergerak aktif dan mempengaruhi paderi-paderi lain. Pemberontakan ini tamat apabila Cruz dihukum bunuh dan penyokong-penyokongnya disingkirkan daripada gereja.
Pemberontakan Cavite pada tahun 1872 adalah bercorak nasionalisma. Pemberontakan bersenjata ini berlaku di gudang senjata di Cavite. Ia dianggotai 200 orang askar diketuai oleh sarjan Lamadrid untuk menentang pegawai-pegawai Spanyol. Gerakan ini gagal kerana kekurangan senjata dan kekuatan tentera mereka tidak setanding tentera Sepanyol. Dalam pemberontakan tersebut, 41 org telah dihukum bunuh termasuk 3 orang paderi berbangsa Filipina iaitu Jose Burgos, Mariano Gomez dan Jancita Zamora. Pembunuhan 3 orang paderi ini merupakan satu tindakan kejam kerana mereka tidak terlibat langsung dalam pemberontakan ini. Peristiwa ini telah menyemarakan perasaan anti-Spanyol yang menyeluruh sehingga melahirkan golongan yang ingin membebaskan bangsa mereka.
Pemberontakan ini melibatkan golongan tentara Filipina yg tidak puas hati dengan amalan diskriminasi tentara Spanyol terhadap tentara Filipina. Mereka dibedakan dari segi gaji, taraf jawatan dan pekerjaan, layanan dan peluang kenaikan pangkat. Ini terbukti apabila tentara Filipina diberi gaji yang rendah, layanan yang buruk dan tidak berpeluang menjawat jawatan yang lebih tinggi berbanding tentara Spanyol. Dalam pemberontakan ini tentera Filipina hampir menawan Manila. Pemberontakan ini sebenarnya satu usaha untuk mengembalikan maruah tentera Filipina yang ditindas agar setanding dengan tentara berbangsa Spanyol.
Pemberontakan Tayabas merupakan pemberontakan golongan paderi-paderi Filipina menentang paderi Spanyol. Pemberontakan ini disebabkan amalan diskriminasi dikalangan paderi Sepanyol dgn paderi Filipina. Paderi-paderi Spanyol diberi berbagai kemudahan, keistimewaan dan memegang jawatan yang tinggi dalam gereja sedangkan paderi berbangsa Filipina diketepikan dan tidak dibenarkan menduduki jawatan penting dalam gereja. Gerakan ini dipimpin oleh paderi Apolinario de La Cruz Beliau mencoba menumbuhkan persatuan Gereja St.Joseph yang ahlinya terdiri daripada orang-orang Filipina sahaja. Namun cubaan Cruz mendapat tentangan daripada gereja Katolik.Cruz kemudiannya telah menubuhkan gerejanya sendiri dan melantik dirinya sebagai ketua Cruz juga tidak dibenarkan belajar di gereja katolik sebagai langkah menghalang peluasan kuasa paderi Filipina. Cruz telah menumbuhkan pertumbuhan agama yang dikenali sebagai Confrdia de San Jose yang bertujuan menghalang diskriminasi penguasa Sepanyol dlm gereja. Pertumbuhan ini diharamkan oleh Sepanyol bagi menghalang bergerak aktif dan mempengaruhi paderi-paderi lain. Pemberontakan ini tamat apabila Cruz dihukum bunuh dan penyokong-penyokongnya disingkirkan daripada gereja.
Pemberontakan Cavite pada tahun 1872 adalah bercorak nasionalisma. Pemberontakan bersenjata ini berlaku di gudang senjata di Cavite. Ia dianggotai 200 orang askar diketuai oleh sarjan Lamadrid untuk menentang pegawai-pegawai Spanyol. Gerakan ini gagal kerana kekurangan senjata dan kekuatan tentera mereka tidak setanding tentera Sepanyol. Dalam pemberontakan tersebut, 41 org telah dihukum bunuh termasuk 3 orang paderi berbangsa Filipina iaitu Jose Burgos, Mariano Gomez dan Jancita Zamora. Pembunuhan 3 orang paderi ini merupakan satu tindakan kejam kerana mereka tidak terlibat langsung dalam pemberontakan ini. Peristiwa ini telah menyemarakan perasaan anti-Spanyol yang menyeluruh sehingga melahirkan golongan yang ingin membebaskan bangsa mereka.
Kebanyakan
ahlinya merupakan pelajar Filipina yang menuntut di Spanyol. Gerakan ini wujud
sejak tahun 1882. Gerakan ini disertai oleh golongan profesional. Antaranya
termasuklah Dr.Jose Rizal, Lopez Jaena dan Marcelo del Pilar. Perjuangan mereka
melalui media massa yang cuba mendedahkan kezaliman kerajaan Spanyol serta
perjuangan menuntut hak persamaan taraf antara pegawai Filipina dengan pegawai Spanyol.
Gerakan propaganda disalurkan melalui akhbar La Solidaridad.
Revolusi
Filipina melawan Spanyol dimulai pada April 1896, yang berpuncak di dua tahun
kemudian dengan proklamasi kemerdekaan dan pendirian Republik Pertama Filipina.
Namun Traktat Paris, pada akhir perang Spanyol-Amerika,
memindahkan kendali atas Filipina kepada Amerika Serikat. Perjanjian ini tidak diakui oleh pemerintah Filipina, yang
pada 2 Juni 1899, menyatakan perang terhadap Amerika Serikat.
Gerakan
revolusi Filipina didasari oleh munculnya gerakan nasionalisme disebabkan oleh
beberapa faktor:
a.
Keinginan untuk membebaskan diri dari kekangan agama Roma Katolik dan
mengembalikan hak atas tanah-tanah pertanian kepada para petani dengan
menghapuskan sistem sewa tanah yang dilakukan olah para petani kepada
biara-biara.
b.
Tindakan pemerintah jajahan Spanyol yang kolot dan kejam menuntut kebebasan
mengeluarkan pendapat.
c.
Timbulnya golongan pelajar, golongan pelajar ini melihat
kepincangan-kepincangan kolonialisme Spanyol sehingga timbul keinginan mereka
untuk merdeka.
d.
Terbukanya terusan Suez mempermudah hubungan antara Eropa dengan Asia.
Orang-orang Filipina banyak yang belajar ke Eropa, dan setelah kembali langsung
mengobarkan semangat nasionalisme.
e.
Perang kemerdekaan Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan terhadap Spanyol
membuka mata bangsa Filipina untuk membebaskan diri dari penjajah Bangsa
Spanyol dan mencapai kemerdekaannya.
Dengan
sebab-sebab tersebut di atas, maka gerakan nasionalisme pertama kali muncul di
Filipina dipelopori oleh kalangan mahasiswa di Manila pada tahun 1880, mereka
mendirikan gerakan gelap yang disebut dengan nama Compenerismo (yang
artinya persahabatan). Tujuan gerakan itu adalah mengusahakan pendidikan yang
patriotis (semacam gerakan budi utomo di Indonesia).
Setelah
munculnya gerakan itu, pada tahun 1892 Jose Rizal juga membentuk gerakan gelap
yang disebut dengan Liga Filipina. Tujuan Liga Filipina adalah:
Mempersatukan seluruh Filipina untuk
menentang ketidakadilan dari pemerintahan jajahan Spanyol. Jose Rizal merupakan
seorang pelopor kemerdekaan dan pahlawan Nasional Filipina.
Menentang ketidakadilan dan
kekejaman
Mewujudkan kesatuan antara
pulau-pulau Filipina
Sentiasa membuat kajian dan
menjalankan perubahan
Menggalakkan kemajuan dalam segala
bidang. Perjuangan bersifat sederhana dan secara aman.
Jose
Rizal juga seorang Filipina yang dapat menjadi dokter ahli filsafat, ahli
sastra dan yang telah mengunjungi Spanyol. Prancis, Jerman, Inggris. Selain itu
dia juga menulis buku yang terkenal dan mengemparkan pemerintahan Spanyol di
Filipina judul bukunya Noli Me Tangere (jangan menyentuh aku). Dalam
buku itu, tercantum di dalamnya dengan keras mengkritik kaum gereja dan
pemerintahan kolonial Spanyol di Filipina. Karena itu, kemudian dia ditangkap
dan diasingkan namun setelah dibebaskan dia tetap melanjutkan usahanya untuk
membebaskan bangsa Filipina dan memimpin gerakan-gerakan rahasia antara lain
Liga Filipina, sampai akhirnya ia di tangkap lagi pada tanggal 30 September
1896 atas tuduhan ikut dalam pemberontakan Katipuna terhadap Spanyol. Ia
dijatuhi hukuman mati tanggal 30 Desember 1896.
Sementara
itu pada tahun 1893, ketika Jose Rizal diasingkan para pemimpin kemerdekaan
Filipina lainnya mengangap bahwa jalan damai sudah tidak mungkin berhasil,
sehingga muncul pemberontakan bersenjata. Pemberontakan bersenjata ini lebih
dikenal dengan gerakan Katipuna yang didirikan oleh Andres Bonifacio. Gerakan
Katipuna melakukan pemberontakan pada tahun 1896, tetapi mengalami kegagalan.
Selanjutnya
pada tahun 1896, Emilio Aguinaldo meneruskan pemberontakan Katipuna
pemerintahan Kolonial Spanyol tidak dapat menindasnya, bahkan makin lama
pemberontakan makin berkobar. Akhirnya, pemerintahan kolonial Spanyol
mengadakan perjanjian dengan Aguinaldo yang isinya pemerintahan kolonial
Spanyol akan mengadakan perbaikan pemerintahan dalam waktu 3 tahun. Tetapi
Aguinaldo dan pemimpin lainnya harus meninggalkan Filipina yaitu ke Hongkong.
Aguinaldo meninggalkan Filipina dan pemberontakan berhenti. Tetapi dengan
pecahnya perang Amerika-Spanyol tahun 1898, Aguinaldo muncul kembali. Dia
memihak Amerika karena mengira bahwa Amerika akan menghancurkan kolonialisme
Spanyol di Filipina dan memberikan kemerdekaan kepada Filipina.
Aguinaldo
memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898.Kemudian dia
menggempur tentara kolonial Spanyol. Hampir seluruh Filipina dapat dikuasai
oleh Aguinaldo dan hanya Manila yang masih dikuasai Spanyol. Aguinaldo
bersama-sama dengan tentara Amerika melakukan serangan terhadap Manila. Manila
jatuh pada tanggal 13 Agustus 1898 dan tanggal 10 Desember 1898 secara resmi
Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika Serikat.
Dengan
lenyapnya imperialisme Spanyol di Filipina, bukan berarti Filipina bebas dari
cengkraman kaum imperialis. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat yang
tadinya memberikan bantuan kepada Filipina untuk mengusir Spanyol berbalik dan
bermaksud menguasai Filipina. Dengan kata lain, Amerika Serikat juga menjadi
bangsa imperialis yang ingin menjajah Filipina. Melihat kejayaan ini, Aguinaldo
protes dan tetap memegang teguh pada kemerdekaan Filipina. Undang-undang Dasar
dibentuk dan Aguinaldo bertindak sebagai presiden (1898). Aguinaldo segera
mengobarkan perjuangan untuk menentang Amerika Serikat. Dua tahun lamanya dia
bertempur melawan Amerika Serikat, tetapi musuh terlampau kuat. Pada tahun 1901
Amerika Serikat dengan menjalankan tipu muslihatnya berhasil menangkap
Aguinaldo, tetapi pasukan Gerilyanya tetap meneruskan perjuangannya sampai
tahun 1902.
Perang
Filipina-Amerika yang kemudian terjadi berakibat korban dalam jumlah besar.
Presiden Filipina Emilio Aguinaldo ditangkap pada tahun 1901 dan
pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan konflik berakhir secara resmi pada
tahun 1902. Para pemimpin Filipina pada umumnya menerima bahwa AS telah menang,
namun permusuhan terus berlanjut dan baru mulai berkurang tahun 1913.
Pemerintahan kolonial AS dimulai tahun 1905 dengan otonomi lokal sangat
terbatas. Otonomi parsial (status persemakmuran) diberikan pada tahun 1935,
dengan kemerdekaan penuh dari AS direncanakan pada tahun 1946. Persiapan untuk
negara yang berdaulat sepenuhnya diinterupsi oleh pendudukan Kekaisaran
Jepang selama Perang Dunia II.
Ketika
Jepang Menyerah di Perang Pasifik berdampak pada Filipina, orang-orang
mengalami kelaparan, banyak korban-korban yang meninggal dunia akibat dari
Perang Dunia ke II, selain itu juga terjadi inflasi melonjak yang disebabkan
oleh uang yang di edarkan Jepang di Filipina menjadi 800% dari nilai sebelum
perang. Dengan keadaan tersebut Amerika Serikat berbuat banyak untuk
meringankan penderitaan dan kesengsaraan rakyat Filipina. Dengan menegakkan
kembali tataran perekonomian, pembukaan kembali sekolah-sekolah dan sarana
komunikasi dihidupkan kembali.
Pada
tanggal 23 April 1946 diselenggarakan pemilihan umum pertama di Filipina, kaum
petani di daerah Luzou Tengah mendukung partai Demokratic Alliance Party dengan
calon ketua Luis Taruc dan wakil Jesus Lava. Namun mereka ditolak untuk menjadi
presiden dan wakil presiden, hal ini disebabkan karena adanya tuduhan telah
menggunakan penggelapan uang dan kekerasan untuk memenangkan pemilihan.
Pada akhirnya terpilihlah Manuel
Roxas menjadi presiden pertama Negara Filipina dengan Wakilnya Elpidio Quirino.
Kemerdekaan Republik Filipina di resmikan oleh mereka sendiri pada tanggal 4
Juli 1946. Dengan demikian berakhirlah perjuangan mencapai kemerdekaan Bangsa
Filipina, setelah kurang lebih 5 abad dijajah oleh bangsa Barat akhirnya
Negara Filipina berhasil memperoleh kemerdekaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar