Kali ini saya akan memposting materi kuliah statistika matematika I yang akan dipelajari di semester 3.
Materi ini membahas tentang distribusi probabilitas yang meliputi distribusi variabel random diskrit dan kontinu.
Berikut materi beserta contoh soal dan pembahasannya bisa di download di bawah ini.
Distribusi variabel random diskrit khusus meliputi :
1. Distribusi Bernoulli
2. Distribusi Binomial
3. Distribusi Hipergeometrik
4. Distribusi Geometri
5. Distribusi Negatif Binomial
6. Distribusi Poisson
7. Distribusi Uniform Diskrit
Distribusi variabel random kontinu khusus meliputi :
1. Distribusi Uniform Kontinu
2. Distribusi Gamma
3. Distribusi Beta
4. Distribusi Normal
5. Distribusi Weibull
6. Distribusi Pareto
Materi sekaligus contoh soal ini bisa dijadikan sumber referensi bagi mahasiswa.
Untuk materi lengkapnya bisa di download di sini DISTRIBUSI PROBABILITAS
Minggu, 31 Januari 2016
Jumat, 08 Januari 2016
Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan wadah
yang terpenting dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Dengan adanya pendidikan di dalamnya
terjadi proses belajar, bukan hanya belajar untuk meningkatkan hard skill (kecerdasan otak/IQ) saja, melainkan untuk meningkatkan kemampuan
soft skill berupa kemampuan emosi (EQ) serta kemampuan spritual
(SQ) bagi peserta didik dan pendidiknya.
Disinilah peranan pendidik
sangat di pentingkan dalam menerapkan pembelajaran kepada peserta didiknya.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
kemampuan keprofesionalisme
pendidik, maka mereka harus
memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pendidik. Kenyataan
yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu
mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Serta kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi
pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana
bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Maka dari itu, dalam kegiatan pembelajaran, pendidik harus menerapkan sebuah teori pembelajaran yang baik pada peserta
didiknya. Dalam hal yang menyangkut suatu praktek membimbing peserta didik menjadi berintelektual dalam memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan yang dapat mengatasi masalah akan budaya dan sosial masyarakat sekitarnya.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang menjadi pembahasan yang diuraikan dalam makalah ini
antara lain :
1.
Pengertian teori belajar dan pembelajaran
2.
Teori belajar deskriptif dan preskriptif
3.
Perbedaan teori belajar deskriptif dan
preskriptif
4.
Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskriptif
dan preskriptif
5.
Penerapan teori belajar deskriptif dan
preskriptif
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yang berjudul “Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif”
yaitu :
1.
Untuk mengetahui dan mempelajari
secara lengkap tentang teori belajar dan pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui dan mempelajari
secara lengkap tentang teori belajar deskriptif dan preskriptif.
3.
Untuk mengetahui dan mempelajari
secara lengkap tentang perbedaan teori belajar deskriptif dan
preskriptif.
4.
Untuk mengetahui dan mempelajari
secara lengkap tentang kelebihan dan
kekurangan teori belajar
deskriptif dan preskriptif.
5.
Untuk menerapkan teori belajar
deskriptif dan preskriptif dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Para pakar pendidikan
memberikan pendapatnya tentang arti belajar dan pembelajaran, salah satunya
adalah W.H
Burton menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri
individu. Sedangkan Gagne berpendapat bahwa
pembelajaran adalah pengaturan peristiwa yang membuat belajar menjadi
berhasil guna mendukung proses belajar. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
belajar adalah segala perilaku yang memberikan perubahan baik pada individu, dan
pembelajaran adalah
tindakan yang mendukung proses belajar.
B. Pengertian Teori Belajar Dekriptif dan
Preskriptif
Ada
beberapa pendapat yang menguraikan teori belajar deskriptif dan prekriptif,
yaitu :
1. Menurut Bruner
Teori pembelajaran merupakan teori preskriptif
sedangkan teori belajar merupakan teori deskriptif. Preskriptif karena tujuan
utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal,
sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan
proses belajar.
2. Menurut
Reigeluth
Teori preskriptif yang
dimaksudkan untuk mencapai tujuan (goal oriented), sedangkan teori deskriptif
yang dimaksudkan untuk memberikan hasil (goal free). Oleh kerena itu, sebabnya variabel yang diamati dalam
mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk
mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran deskriptif,
variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara
metode dan kondisi.
Sehingga
dapat di simpulkan bahwa teori belajar adalah deskriptif
karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran
adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang
optimal.
C. Perbedaan Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif
1. Teori
pembelajaran merupakan teori preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran
adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Sedangkan teori belajar
merupakan teori deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan
proses belajar. Variabel
yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode
yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran
deskriptif, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari
interaksi antara metode dan kondisi.
2. Teori pembelajaran mengungkapkan
hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri
siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa
dengan proses psikologis dalam diri siswa.
3.
Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode
pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini
penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran
yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan
metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan
metode pembelajaran.
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Deskriptif
dan Preskriptif
a. Kelebihan
Ø Teori Deskriptif
1)
Proses belajar lebih
terkonsep, sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.
2)
Mendorong siswa untuk
mencari sumber-sumber pengetahuan dalam
mengerjakan tugas.
Ø Teori
Preskriptif
1)
Pembelajaran lebih
sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas.
2)
Pembelajaran
memberi motivasi agar terjadi proses
belajar, sehingga mengoptimalisasi kerja
otak secara maksimal.
b. Kekurangan
Ø Teori Deskriptif
Kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.
Ø Teori Preskriptif
Penerapan teori preskriptif membutuhkan
waktu cukup lama.
E. Penerapan Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif
Bruner mengatakan bahwa teori pembelajaran bersifat
preskriptif, yang berarti sesuatu yang ada sebelum adanya fakta. Sifat itu
adalah sesuatu yang ada sebelum proes belajar terjadi. Teori pembelajaran (teori
preskriptif) harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dan bagaimana menghasilkan hal
tersebut. Sedangkan teori belajar (teori deskriptif) menjelaskan
dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran hanya membimbing apa
yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada empat hal yang tekait
dengan teori pembelajaran, yaitu :
1.
Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat
banyak kecenderungan cara belajar siswa.kecenderungan ini sudah dimiliki siswa
jauh sebelum ia masuk sekolah.
2. Teori ini juga terkait
dengan adanya struktur pengetahuan. Ada tiga hal yang terkait dengan struktur
pengetahuan, yaitu :
a) Struktur pengetahuan harus
mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas.
b) Struktur tersebut harus
mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang
dijelaskan.
c) Struktur pengetahuan harus
mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa dan mengombinasikannya dengan
ilmu-ilmu lain.
3. Teori pembelajaran juga
terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan
yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap
informasi tersebut.
4. Teori pembelajaran terkait
dengan penghargaan dan hukuman.
Berikut merupakan contoh
penerapan teori deskriptif dan preskriptif yaitu :
a) Teori belajar deskriptif
Seorang anak belajar dengan tujuan untuk mendapatkan
nilai bagus di ulangan keduanya setelah anak tersebut gagal di ulangan
pertamanya. Dalam hal ini teori deskriptif berperan dalam menjelaskan hal-hal
apa saja yang harus dilakukan agar nilai anak tersebut di ulangan kedua bisa
bagus diantaranya dia harus belajar lebih giat, lebih memehami materi,
menayakan jika materi belum jelas, tidak mengulangi kesalahan di ulangan
pertamanya dan memiliki seseorang yang bisa membantu dalam belajar.
b) Teori pembelajaran preskriptif
Seorang guru yang melihat anak didiknya nilai
ulangannya tidak memenuhi syarat mka guru tersebut berusaha untuk mencari
solusi yang tepat untuk siswanya agar mendapat nilai yang bagus yaitu guru
dengan senang hati memberikan motivasi kepada siswanya, mengajak siswanya agar
belajar kelompok, memeberikan solusi yang menumbuhkan semangat, kepercayaan
diri dan pantang menyerah dan selalu bersikap baik dengan siswanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori
belajar deskriptif lebih menekankan
terhadap hasil yang dicapai dari sebuah proses belajar yaitu perubahan positif
kearah yang lebih baik diranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
perubahannya cenderung menetap dan permanen.
Teori
pembelajaran preskriptif lebih menekankan pada pencapaian tujuan dangan metode
pembelajaran yang optimal.
Kelebihan
dari teori belejar deskriptif adalah lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami
materi yang akan disampaikan. Sedangkan teori preskriptif yaitu lebih
sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas, serta memberi motivasi agar terjadi proses
belajar.
Kekurangan
untuk teori belajar
deskriptif adalah kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami
suatu materi. Dan kekurangan dari teori pembelajaran preskriptif yaitu membutuhkan waktu
cukup lama.
B. Saran
Dengan dibuatnya
makalah
ini yang berjudul “ Teori Deskriptif dan Preskiptif dalam
Pembelajaran”, penulis berharap pembaca akan lebih
memahami makna tentang teori pembelajaran, dengan begitu seorang pendidik akan
lebih menerapkan konsep dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan
menjadi berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://pakregar.wordpress.com/2008/02/ Model Pembelajaran
Konstruktif Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran.
http://pratmasari.blogspot.co.id/2015/02/teori-belajar-deskriptif-dan-prespektif.html/
Dampak Menyontek terhadap Kepribadian Pelajar dan Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menyontek merupakan
perilaku tercela yang telah menjadi suatu kebiasaan dari sebagian pelajar
maupun mahasiswa. Bahkan mereka telah mengenal perilaku tercela tersebut sejak
dari sekolah dasar. Kebiasaan itu pun akan terus berlanjut sampai mereka masuk
ke perguruan tinggi. Menyontek bukanlah kebiasaan yang baik jika dilihat dari
sisi manapun, baik dari sisi agama, moral, peraturan sekolah, bahkan dari
pelaku menyontek itu sendiri. Demi mendapatkan nilai tinggi, pelajar maupun
mahasiswa menghalalkan segala cara termasuk dengan menyontek, sehingga
menyontek menjadi hal yang biasa di kalangan pelajar. Menyontek dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, seperti menyalin jawaban teman, mengintip buku teks atau
catatan, tanya jawab dengan teman, menulis di kertas, meja, atau di dinding, sampai
dengan menggunakan SMS.
Budaya menyontek ini
sudah sangat melekat pada diri si pelaku, sehingga sangat sulit untuk
menghilangkannya. Kebiasaan menyontek tersebut secara tidak sadar melatih diri untuk
melakukan kebiasaan melanggar aturan, perilaku tidak jujur, malas, dan cenderung mencari jalan pintas
dalam menyelesaikan suatu masalah, bahkan akhirnya menjadi manusia yang
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Sehingga hal tersebut akan sangat mempengaruhi moral dari si pelaku. Hal
inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan pengamatan mengenai
“Dampak Kebiasaan Menyontek terhadap Kepribadian Pelajar dan Mahasiswa”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian menyontek dan
kepribadian?
2.
Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku menyontek?
3.
Bagaimana pengaruh kebiasaan
menyontek terhadap kepribadian?
4.
Bagaimana cara mengatasi kebiasaan
menyontek?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian
menyontek dan kepribadian.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku menyontek.
3.
Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan
menyontek terhadap kepribadian pelajar dan mahasiswa.
4.
Untuk mengetahui cara mengatasi
kebiasaan menyontek.
1.4
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan pengetahuan bagi penulis sendiri maupun
pembaca, khususnya pelajar dan mahasiswa mengenai pengertian menyontek dan
keterkaitannya terhadap kepribadian. Selain itu, pihak sekolah dan orang tua
diharapkan mengetahui hal-hal mengenai menyontek dan turut membimbing dan
mendidik para pelajar maupun mahasiswa agar tidak melakukan perilaku menyontek
tersebut.
2.
Agar pembaca mengetahui apa saja faktor-faktor
yang dianggap sangat mempengaruhi timbulnya perilaku menyontek, sehingga
diharapkan akan menjauhi perilaku menyontek tersebut.
3.
Agar pembaca, khususnya pelajar dan mahasiswa
mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari kebiasaan menyontek yang akan
berpengaruh terhadap kepribadian pelaku
menyontek itu sendiri. Serta mengetahui macam-macam kepribadian buruk yang
melekat pada diri seseorang karena terbiasa menyontek. Sehingga diharapkan
pelaku menyontek akan meninggalkan kebiasaan tersebut karena akan membuat
kepribadian pelaku menyontek tersebut buruk.
4.
Memberikan pengetahuan mengenai cara-cara yang
dilakukan untuk mengatasi kebiasaan menyontek terutama bagi pelajar dan
mahasiswa, sehingga diharapkan mampu menghilangkan kebiasaan menyontek
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Menyontek
dan Kepribadian
Menyontek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan
W.J.S. Purwadarminta adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan
orang lain sebagaimana aslinya.
Menurut Eric, dkk (Hartanto, 2012) menyontek berarti upaya
yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang
tidak jujur.
Menurut Ronney dan Steinbach (Barzegar dan Khezin, 2011)
menyontek didefinisikan sebagai menggunakan cara apapun untuk mendapatkan
sesuatu yang tidak adil, yang termasuk berbohong, menutupi kebenaran, penipuan,
dan pelanggaran kepercayaan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa menyontek adalah tindakan mencontoh atau meniru pekerjaan orang lain
sebagaimana mestinya dengan menghalalkan segala cara seperti berbohong,
menutupi kebenaran, penipuan untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara
yang tidak jujur.
Menyontek dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti menyalin jawaban teman, mengintip buku
teks atau catatan, tanya jawab dengan teman, menulis di kertas, meja, atau di
dinding, sampai dengan menggunakan SMS. Menyontek tidak hanya diartikan sebagai
tindakan kecurangan dalam ujian. Mengerjakan tugas dari guru atau dosen berupa
artikel ataupun makalah dengan cara mengunduh file di internet tanpa
mencantumkan sumber, bahkan file tersebut tidak diedit terlebih dahulu dan
langsung dikumpulkan sebagai tugasnya, hal yang demikian itu juga termasuk
contoh dari tindakan menyontek.
Menurut Horton (1982:12), kepribadian adalah keseluruhan
sikap, perasaan, ekspresi, dan temperamen seseorang.
Menurut Schaefer dan Laman (1998:97), kepribadian adalah
sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas, dan perilaku
seseorang.
Dari pengertian kepribadian menurut para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi, perilaku yang
menjadi ciri khas suatu individu.
Perilaku menyontek sangat mempengaruhi kepribadian pelaku.
Orang yang telah terbiasa menyontek sacara tidak sadar melatih diri melakukan
perbuatan curang, tidak jujur, dan selalu melanggar aturan. Sehingga pelaku
menyontek ini akan mempunyai kepribadian yang buruk.
2.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek
Berdasarkan
pengamatan penulis, menyontek dilakukan karena pengaruh dari beberapa faktor
sebagai berikut :
1.
Ingin mendapatkan nilai bagus
Pelajar maupun mahasiswa selalu dituntut untuk memperoleh
nilai yang bagus, baik itu tuntutan dari guru/dosen maupun orang tua.
Adakalanya siswa terbebani dengan tanggung jawab tersebut, sehingga beberapa
diantara mereka terpaksa menghalalkan segala cara demi mendapatkan nilai yang bagus,
termasuk dengan menyontek.
Persaingan
dalam memperolah nilai dan peringkat yang tinggi juga memicu terjadinya
perilaku menyontek. Mereka berlomba-lomba mendapatkan
peringkat satu di kelas dengan berbagai cara. Karena tingginya persaingan
tersebut, membuat seseorang mengambil jalan pintas dengan cara menyontek.
2.
Tidak menguasai materi yang diberikan
Kecerdasan intelektual masing-masing individu berbeda-beda.
Ada anak yang memiliki IQ tinggi yang selalu cepat menangkap informasi atau pengetahuan
apapun yang diberikan. Sebaliknya ada pula anak yang memiliki IQ rata-rata atau
di bawah rata-rata yang biasanya kurang atau bahkan sulit dalam menangkap
informasi atau pengetahuan yang diberikan kepadanya.
Dalam hal ini, pelajar maupun mahasiswa yang memiliki kecerdasan
rata-rata dan tidak menguasai materi yang di berikan oleh guru maupun dosennya,
senantiasa mengambil jalan pintas dengan cara menyontek saat ujian. Mereka
melakukan tindakan menyontek karena mereka merasa benar-benar tidak sanggup
menguasai materi yang diberikan, sehingga tidak ada cara lain lagi selain
dengan menyontek. Hal ini juga dipengaruhi oleh metode pengajaran yang
dilakukan oleh guru maupun dosen. Karena cara guru atau dosen mengajar sangat
mempengaruhi tingkat pemahaman atau penguasaan mareri dari peserta didik.
3.
Terpengaruh oleh teman yang menyontek
Munculnya perilaku menyontek juga sangat ditentukan oleh faktor
teman. Bila dalam kelas terdapat beberapa anak yang menyontek akan mempengaruhi
anak yang lain untuk menyontek juga. Walaupun pada awalnya seseorang tidak
bermaksud menyontek, tetapi karena melihat temannya menyontek, maka mereka pun
ikut menyontek. Apalagi jika ada
seseorang yang telah berkomitmen untuk tidak menyontek, akan tetapi nilai yang
ia peroleh jauh lebih sedikit dari pada nilai temannya yang menyontek, maka biasanya
ia akan beranggapan bahwa untuk apa belajar jika dengan menyontek kita bisa
mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
Bahkan yang lebih mengerikan lagi adalah ketika semua
pelajar ataupun mahasiswa dalam satu kelas merencanakan kecurangan dengan cara
melakukan kerja sama saat ujian, hal ini terjadi tidak lain karena adanya
pengaruh teman yang tidak baik. Bagi mereka, tindakan ini termasuk bentuk
solidaritas dengan sesama teman. Akan tetapi, tindakan tersebut merupakan kerja
sama yang tidak baik dan harus dijauhi.
4.
Kurangnya rasa percaya diri
Pelajar atau mahasiswa yang menyontek memiliki kepercayaan
diri yang rendah terhadap kemampuan dirinya sendiri, sehingga mereka tidak
yakin dengan hasil jawabannya sendiri. Kurangnya rasa percaya diri mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan menyontek. Semakin sering menyontek maka
semakin hilang rasa kepercayaan diri. Hilangnya rasa percaya diri akan membuat
pelaku menyontek kesulitan ketika harus mengerjakan tugas tanpa bantuan orang
lain. Oleh karena itu, mereka yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang
rendah akan berusaha mencari penguat dari pihak lain seperti teman-temannya
dengan cara bertanya, atau bisa juga dari buku-buku catatan yang telah
dipersiapkan sebelumnya untuk menyontek.
5.
Adanya kesempatan
Faktor pengawasan ujian yang kurang ketat membuat kecenderungan
menyontek menjadi lebih besar. Hal ini memberikan peluang kepada pelajar atau
mahasiswa untuk melakukan tindakan kecurangan pada saat ujian. Pengawas ujian
yang acuh tak acuh serta sering meninggalkan ruang ujian merupakan penyebab
utama seorang pelajar atau mahasiswa berani melakukan tindakan menyontek.
2.3
Pengaruh Kebiasaan Menyontek terhadap Kepribadian
Kebiasaan menyontek
sangat berpengaruh terhadap kepribadian pelaku menyontek itu sendiri. Bila seorang sudah terbiasa menyontek,
maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Seseorang
yang terbiasa menyontek secara tidak sadar melatih diri melakukan tindakan
kecurangan. Bukan hanya melakukan kecurangan saat ujian di sekolah, akan tetapi
pada saat ada kesempatan mereka pun cenderung melakukan tindakan kecurangan dan
melanggar peraturan.
Kebiasaan
menyontek menimbulkan akibat buruk bagi pelakunya sendiri maupun orang lain. Akibat
dari kebiasaan menyontek dapat dirasakan dalam jangka waktu pendek maupun
panjang. Agar pelajar maupun mahasiswa menjauhi perilaku menyontek, maka kita
perlu mengetahui akibat yang akan diperoleh dari kebiasaan menyontek. Adapun
akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan menyontek antara lain: hilangnya rasa percaya
diri, malas untuk
belajar karena sudah terbiasa menyontek, tidak dapat mengetahui seberapa besar
kemampuan yang dimilikinya, ide sendiri tidak dapat dikembangkan, mengecewakan
orang lain, dapat menyebabkan ketagihan menyontek, merugikan diri sendiri dan
orang lain, timbulnya rasa ketergantungan kepada orang lain.
Akibat
buruk yang ditimbulkan dari kebiasaan menyontek akan melekat pada diri pelaku
sehingga menjadi suatu kepribadian dari pelaku menyontek tersebut. Beberapa karakter
atau kepribadian yang dapat dihasilkan dari kebiasaan menyontek antara lain: menipu, berbohong,
mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, menggunakan jalan pintas
untuk menyelesaikan suatu masalah, dan malas untuk berusaha keras demi mencapai
keinginannya. Bisa dipastikan pada saat sudah dewasa dan hidup sendiri,
tabiat-tabiat hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, serta menjadi orang yang
pemalas, akan tetapi menginginkan
jabatan dan pedapatan yang tinggi.
Sudah
tidak dapat diragukan lagi, kebiasaan menyontek dalam jangka waktu tertentu dapat
membentuk kepribadian buruk bagi pelaku menyontek itu sendiri. Oleh karena itu,
diharapkan pelajar ataupun mahasiswa menjauhi perilaku menyontek tersebut
karena perilaku menyontek akan merusak moral bangsa.
2.4
Cara Mengatasi Kebiasaan Menyontek
Kebiasaan menyontek memang sangat sulit dihilangkan, bahkan
bisa jadi tidak bisa untuk dihilangkan, karena kebiasaan merupakan sesuatu yang
telah melekat pada diri seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa macam cara
yang dilakukan untuk meminimalisasi atau bahkan diharapkan dapat menghilangkan
kebiasaan menyontek. Untuk mengatasi kebiasaan menyontek diperlukan kesadaran
dari dalam diri sendiri maupun peran dari orang lain. Berikut beberapa cara
untuk mengatasi kebiasaan menyontek, antara lain:
1.
Dari dalam diri sendiri
a.
Membangun rasa percaya diri.
b.
Membiasakan belajar setiap hari.
c.
Konsisten terhadap pendirian.
d.
Membiasakan perilaku jujur.
e.
Membiasakan perilaku mandiri.
f.
Biasakan takut melakukan perbuatan tercela.
2.
Dari Guru atau Dosen
a.
Memberikan nilai secara objektif dan terbuka.
b.
Lakukan
pengawasan yang ketat saat ujian.
c.
Memberikan
hukuman bagi pelaku menyontek.
d.
Gunakan
metode mengajar yang efisien.
e.
Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
f.
Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
3.
Dari orang tua
a.
Ajarkan pendidikan agama dan moral.
b.
Pantau perilaku anak selama di rumah.
c.
Selalu mengingatkan anak untuk belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Berdasarkan
uraian di atas, penulis mengambil simpulan sebagai berrikut:
1.
Menyontek adalah tindakan mencontoh atau meniru pekerjaan
orang lain sebagaimana mestinya dengan menghalalkan segala cara seperti
berbohong, menutupi kebenaran, penipuan untuk mendapatkan keberhasilan dengan
cara-cara yang tidak jujur. Kepribadian adalah keseluruhan sikap, ekspresi,
perilaku yang menjadi ciri khas suatu individu.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek antara
lain: ingin mendapatkan nilai bagus, tidak menguasai materi yang diberikan, terpengaruh
oleh teman yang menyontek, kurangnya rasa percaya diri, dan adanya kesempatan.
3.
Kebiasaan menyontek sangat
berpengaruh terhadap kepribadian pelaku menyontek itu sendiri. Bila seorang sudah terbiasa menyontek,
maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Seseorang
yang terbiasa menyontek secara tidak sadar melatih diri melakukan tindakan
kecurangan. Bukan hanya melakukan kecurangan saat ujian di sekolah, akan tetapi
pada saat ada kesempatan mereka pun cenderung melakukan tindakan kecurangan dan
melanggar peraturan.
4.
Untuk mengatasi kebiasaan menyontek diperlukan kesadaran
dari dalam diri sendiri dan juga peran dari orang lain, seperti guru atau dosen
dan orang tua.
3.2
Saran
Berdasarkan simpulan di
atas, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada pembaca makalah ini. Adapun
yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1.
Diharapkan pembaca, khususnya pelajar dan mahasiswa
mengetahui arti dari menyontek dan kepribadian, serta kaitan antara kebiasaan
menyontek dengan kepribadian.
2.
Pembaca perlu mengetahui macam-macam faktor yang
mempengaruhi kebiasaan menyontek.
3.
Pelajar dan mahasiswa diharapkan mengetahui adanya pengaruh
kebiasaan menyontek terhadap kepribadian.
4.
Pembaca, khususnya pelajar dan mahasiswa perlu mengetahui
cara-cara untuk mengatasi kebiasaan menyontek.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.auliyaoneday.blogspot.co.id/2012/12/budaya-menyontek-dan-pengaruhnya_5478.html diakses tanggal 27
Desenber 2015
http://www.elnafiah.blogspot.co.id/2015/04/pengaruh-kebiasaan-mencontek-terhadap.html
diakses tanggal 27 Desember 2015
http://www.monadwifenska.blogspot.co.id/2014/03/budaya-mencontek-berpengaruh-terhadap.html
diakses tanggal 27 Desember 2015
http://www.rezamartaputra.blogspot.co.id/2013/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
diakses tanggal 27 Desember 2015
Langganan:
Postingan (Atom)