A. Latar
Belakang
Manusia
merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, karena manusia dibekali
dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat
dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat
keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki kedudukan
yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur ketiganya dan dapat
memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan oleh sang Robb.
Dalam
Al qur’an surat Az-Zariyat (51) ayat 56, Allah SWT telah berfiman yang artinya
kurang lebih demikian; “Aku (Allah SWT) tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Dari tafsir tersebut terlihat jelas
bahwa jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Namun,
banyak dari golongan manusia yang tidak dapat melakukan sebagaimana yang
diharapkan oleh sang pencipta (Allah SWT), malah manusia berbuat sebaliknya dan
mengingkari apa yang telah dikaruniakan. Itu karena manusia belum memahami
betul hakikat dirinya diciptakan dan diturunkan dibumi dilihat dari segi agama
islam.
Dengan
adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun.Untuk memenuhi
rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan.Melalui pendidikan
manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.
Filsafat
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang selalu menggunakan pemikiran mendalam,
luas, radikal (sampai keakar-akarnya), dan berpegang pada kebijakansanaan dalam
melihat suatu problem. Dengan kata lain, filsafat selalu mencoba mencari
hakikat atau maksud dibalik adanya sesuatu tersebut.
Dalam
makalah ini, penulis mencoba membahas sedikit tentang hakekat manusia dilihat dari
segi filsafat (menyeluruh). Sebenarnya untuk apa manusia hidup, bagaiman ia
harus hidup, dll. Yang nantinya, dengan melihat hakekat manusia tersebut, apa
kaitanya dengan proses pendidikan.
Mengingat
manusia merupakan makhluk yang istimewa dan tidak akan pernah cukup membahas
tentang manusia yang luas hanya dengan satu makalah, maka penulis sangat
mengharap saran dan kritikan yang membangun dari peserta ketika nanti dalam
makalah ini terdapat banyak kesalahan (baik pernyataan maupun penulisan) atau
masih ada yang belum lengkap (kurang).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Bagaimana
hakekat manusia dilihat dari sudut pandang filsafat?
3. Bagaimana
kaitan antara filsafat, pendidikan dan manusia?
4. Bagaimana
kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi filsafat.
2. Untuk mengetahui hakekat manusia dari sudut pandang
filsafat.
3. Untuk mengetahui kaitan antara filsafat, pendidikan
dan manusia.
4. Untuk mengetahui kedudukan filsafat dalam ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat
Sebelum
lebih jauh membahas tentang hakekat manusia dalam pandangan filsafat, izinkan
penulis sedikit memaparkan tentang pengertian filsafat itu sendiri terlebih
dahulu.Secara etimologis, filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan.Jadi
filsafat adalah “cinta kebijaksanaan”.Kemudian dari pendekatan etimologis
tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti pengetahuan mengenai
pengetahuan, akar dari pengetahuan atau pengetahuan yang terdalam.
Secara
terminologis, banyak sekali pendapat-pendapat yang berkenaan dengan pengertian
filsafat.Tidak ada pengertian yang secara pasti, tetapi berikut beberapa
pengertian yang penulis dapat dari beberapa sumber.
1. Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha untuk
memahami persoalan-persoalan yang timbul didalam keseluruhan ruang lingkup
pengalaman manusia.
2. Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakekat kebenaran
sesuatu.
3. Filsafat
adalah daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami dan
menyelami secara radikal, dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakekatnya yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
B. Hakikat Manusia dalam Pandangan
Filsafat
Sebagaimana
telah sedikit di utarakan di awal tadi, manusia merupakan makhluk yang sangat
unik.Upaya pemahaman hakekat manusia sudah dilakukan sejak dahulu.Namun, hingga
saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan
manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan manusia lain
berbeda-beda.Bahkan orang kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki
perbedaaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan dan lain – lain. Semua itu menyebabkan suatu
pernyataan belum tentu pas untuk di amini oleh sebagian orang.
Para
ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan
kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini.
a. Manusia
adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi.
b. Manusia
adalah Animal Rational,artinya binatang yang berpikir.
c. Manusia
adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun.
d. Manusia
adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas
atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat.
e. Manusia
adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan
orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
f. Manusia
adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip
ekonomi dan bersifat ekonomis.
g. Manusia
adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr. M. J. Langeveld seorang
tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan
Animal Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat
dididik. Oleh karena itu, unsur rohaniah merupakan syarat mutlak terlaksananya
program-program pendidikan.
Penulis
akan mencoba memaparkan apa sebenarnya hakekat manusia yang dirangkum dari
beberapa sumber bacaan. Ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut
Antropologi Filsafat. Berikut pembahasan mengenai manusia:
1. Masalah
Rohani dan Jasmani
Setidaknya terdapat empat aliran
pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan jasmani (sudut pandang
unsur pembentuk manusia) yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran
dualisme, dan aliran eksistensialisme.
a.
Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan
yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau
materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat
atau materi.
Aliran ini berpendapat bahwa segala
hakekat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh, juga hakekat manusia adalah
ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh diatas dunia ini. Fiche
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh ) yang rupanya ada dan
hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh (
Gazalba, 1992: 288 ). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa ruh itu lebih
berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi.Hal ini mereka buktikan dalam
kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya
pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya.Dengan demikian
aliran ini menganggap ruh itu ialah hakekat, sedangkan badan ialah penjelmaan
atau bayangan.
2. Sudut
Pandang Antropologi
Dari segi antropologi terdapat tiga
sudut pandang hakekat manusia, yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk
sosial dan makhluk susila. Berikut penjelasan dari ketiganya:
a.
Manusia Sebagai Makhluk Individu
(Individual Being)
Dalam bahasa
filsafat dinyatakan self-existence adalah sumber pengertian manusia akan segala
sesuatu. Self-existence ini mencakup pengertian yang amat luas, terutama
meliputi: kesadaran adanya diri diantara semua relita, self-respect,
self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi
lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi
self-realisasi. Manusia sabagai individu memiliki hak asasi sebagai kodrat
alami atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya.Hak asasi manusia sebagai pribadi itu
terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.
Disadari atau tidak menusia sering
memperlihatkan dirinya sebagai makhluk individu, seperti ketika mereka
memaksakan kehendaknya (egoisme), memecahkan masalahnya sendiri, percaya diri,
dll.Menjadi seorang individu manusia mempunyai ciri khasnya masing-masing.
Antara manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, bahkan orang yang kembar
sekalipun, karena tidak ada manusia di dunia ini yang benar-benar sama persis.
Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak.
Jadi dalam pendidikan seorang guru
sangat perlu memahami hakekat manusia sebagai individu. Itu kaitanya dengan
menghargai perbedaan dalam setiap anak didiknya, agar sang guru tidak
semena-mena dan memaksakan kehendaknya (diskriminasi) kepada peserta didik.
Perbedaan itu bisa berupa fisik, intelejensi, sikap, kepribadian, agama, dll.
b.
Manusia Sebagai Makhluk Sosial (Sosial
Being)
Telah kita ketahui bersama bahwa
manusia tidak dapat hidup sendirian, manusia membutuhkan manusia lain agar bisa
tetap exsis dalam menjalani kehidupan ini, itu sebabnya manusia juga dikenal
dengan istilah makhluk sosial. Keberadaanya tergantung oleh manusia lain.
Esensi manusia sebagai makhluk
sosial ialah adanya kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya dalam
kehidupan bersama dan bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam
kebersamaan itu.Adanya kesadaran interdependensi dan saling membutuhkan serta
dorongan-dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas itu.Kehidupan
individu di dalam antar hubungan sosial memang tidak usah kehilangan
identitasnya. Sebab, kehidupan sosial adalah realita sama rielnya dengan
kehidupan individu itu sendiri. Individualitas itu dalam perkembangan
selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitas. Tiap manusia akan sadar akan
kebutuhan hidup bersama segera setelah masa kanak-kanak yang egosentris
berakhir.
Seorang guru dalam kegiatan
pembelajaran perlu menanamkan kerjasama kepada peserta didiknya, agar kesadaran
sosial itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Hal tersebut dapat dicapai
dengan penerapan strategi dan metode yang tepat, juga dengan pemberian motivasi
tentang kebersamaan.
c.
Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral
Being)
Asas pandangan bahwa manusia
sebagai makhluk susila bersumber pada kepercayaan bahwa budi nurani manusia
secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma.Kesadaran susila
(sense of morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru
adanya nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah
di dalam kehidupan sosial.Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah fungsi
sosial. Asas kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yanng
membedakan manusia dari pada hidup makhluk-makhluk alamiah yang lain. Rasio dan
budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu.
Ketiga esensi diatas merupakan satu
kesatuan yang tidak terlepaskan dari diri manusia, tinggal ia sadar atau tidak.
Beberapa individu mempunyai kecenderungan terhadap salah satu esensi itu.Ada
yang cenderung esensi pertama yang lebih menonjol, ada yang kedua dan ada yang
ketiga.Semua tergantung pemahaman dan pendidikan yang dialami oleh si individu
tersebut.Fungsi pendidikan adalah mengembangkan ketiganya secara seimbang.Agar
manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang sedang
dialami.Sesuatu yang berlebihan atau malah kurang itu tidak baik, jadi yang
terbaik itu adalah seimbang.
C. Hubungan Antara Filsafat,
Pendidikan dan Manusia
Dari
pemaparan diatas, ternyata menusia benar-benar merupakan makhluk yang
unik.Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa,
kelompok, dll.Semua itu bercampur aduk menjadi potensi dasar atau bawaan
manusia, sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi
tersebut, baik secara maximal atau tidak, dengan baik atau buruk.Semuanya tergantung
manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Kaitanya
dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia
dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan
baik.Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan
bagi kehidupan mereka.
Dalam
sub bab ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan
manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi
terhadap proses pendidikan.
·
Pendidikan adalah usaha sadar,
terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi
bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan.
·
Pendidikan adalah bagian dari suatu
proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia
itu sangat erat.Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju
manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari Allah swt.
Berbicara
tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan
manusia.Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus
mempersoalkan masalah kependidikan.Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin
hubungan kausalitas.Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena
pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang
manusiawi.
Manusia
merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu
sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan
tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa,
bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik
sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru
akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik,
pendidikan akan memperkosa kodrat manusia.
Esensia
kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas,
sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap)
melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri,
kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence)
rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia
melalui proses pendidikan.
Berikut
ini kedudukan filsafat dalam berbagai aspek :
a.
Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater
scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai
dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan
obyek studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan
menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu menggunakan
metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati.Sementara
filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan
sentral, asal, atau pokok.Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan
satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan
melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu pitu sama
sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan
alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan
itu menerima dasarnya dari filsafat, antara lain :
1) Setiap ilmu pengetahuan itu
mempunyai objek dan problem.
2) Filsafat juga memberikan dasar-dasar
yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan
keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3) Di samping itu filsafat juga
memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu
pengetahuan.
4) Dasar yang diberikan oleh filsafat
yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap
ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan
syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.
5) Filsafat juga memberikan metode atau
cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
b. Kedudukan
Filsafat dalam Kehidupan Manusia
Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam
kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat.
Filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang
yang mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri
untuk menjadi orang yang bijaksana. Dalam arti lain, filsafat didifinisikan
sebagai suatu pemikiran yang radikal dalam arti mulai dari akarnya masalah
samapai mencapai kebenaran melalui tahapan pemikiran. Oleh karena itu seorang
yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab
dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan
pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan
yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan, maka
filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu
yang berada disekitar manusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya
dengan yang lainnya.Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia
seperti akal, rasa dan kehendak.Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup
untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan.Dengan rasa dan kehendak maka
filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan
pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak
bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasanya digambarkan bahwa
manusia yang baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari
coret-coretan. Dan dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan
terdapat goresan-goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi
herditas yang dibawa manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia
itu berinteraksi dengan manusia yang lainnya.
Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan
berbagai masalah.Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Dan
hal itu harus melalui pendidikan.Jadi bagi manusia pendidikan merupakan suatu
keharusan (Animal educandum). Karena potensi dasar yang dibawa sejak lahir,
masih harus dikembangkan lagi dalam lingkungannya melalui pendidikan.(Animal
educable). Kedewasaan merupakan tujuan perkembangan manusia dan kata kunci dalam
pendidikan. Karena pendidikan juga bisa disebut sebagai suatu upaya
mendewasakan anak manusia, yaitu membimbing anak agar menjadi manusia yang
bertanggung jawab(menunjukkan adanya kesadaran normatif pada diri manusia).
Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai
pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu
kehidupan..sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan
mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup.
Terkadang dengan berfikir filsafat, sseorang akan mempunyai suatu filsafat
hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik.Oleh karena itu erat sekali
hubungan antara keberadaan manusia, filsafat dan pendidikan dalam proses
kehidupan manusia di dunia ini.
Jadi, hubungan
antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat adalah sebagai berikut;
filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja
yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh
pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi
keberadaan manusia.Sehingga dihasilkan manusia yang sejati, yang utuh
sebagaimana dititahkan oleh Allah SWT.
D. Aliran Filsafat
Aliran-aliran
filsafat terdiri dari :
1. Idealisme
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan
bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada
jiwa (mind) dan roh (spirit).Arti falsafat dari kata idealisme
ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal.
W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat
digunakan daripada idealism.Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self)
dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai
hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
2. Materialisme
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu,
dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi.Karena itu
materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya adalah metafisika
materialisme.Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang
menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika,
teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis.Maksudnya, suatu
keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang
bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan
yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang
sedang bergerak.
3. Eksistensialisme
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal
dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri.
Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan
keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri
sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut
dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
4. Monisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos
(sendiri, tunggal) secara istilah monisme adalah suatu paham yang
berpendapat bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat
tunggal/ Esa.Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi
dll.Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis
unsur itu roh atau ide.Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme
adalah Christian Wolff (1679-1754).Dalam aliran ini tidak dibedakan
antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses
yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam
teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.Atau
dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan
yang fundamental.
5. Dualisme
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo
(dua).Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua
substansi yang berlainan dan bertolak belakang.Masing-masing substansi bersifat
unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati,
Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dll.Ada pula
yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara
idealisme dan materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari
dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan rohani.
6. Pluralisme
Pluralisme
(Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini
menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi
tetapi banyak substansi yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai
konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas,
harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut; filsafat
berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein yang berarti cinta, dan shopia yang
berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah “cinta kebijaksanaan”.` Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakekat kebenaran
sesuatu.
Dalam
filsafat, pemahaman manusia dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
pertama, masalah rohani dan jasmani; Aliran Serba zat (Faham Materialisme),
Aliran Serba Ruh, Aliran Dualisme, dan Aliran Eksistensialisme. Kedua, sudut
pandang antropologi; manusia sebagai makhluk individu (individual being),
manusia sebagai makhluk sosial (sosial being) dan manusia sebagai makhluk
susila (moral being).Ketiga, pandangan Freud tentang struktur jiwa
(kepribadian); bagian dasar atau das Es (the Id), bagian tengah atau das Ich
(aku) dan bagian atas atau das Uber Ich (superego). Keempat, sudut pandang
asal-mula dan tujuan hidup manusia ; kehidupan ini berawal dari causa prima
(Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula.
Hubungan
antara manusia, filsafat dan pendidikan terletak pada; filsafat digunakan untuk
mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri
manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan
dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia.
Filsafat
mempunyai beberapa aliran yaitu : 1) Aliran Idealisme, 2) Aliran Materialisme,
3) Aliran Eksistensialisme, 4) Aliran Monisme, 5) Aliran Dualisme, 6) Aliran
Pluralisme.
DAFTAR PUSTAKA
·
Asifudin, Ahmad Janan. 2009. Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam
(Tinjauann Filosofis). Yogyakarta: Suka Press
·
Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:
Pustaka setia
·
Jalaludin dan Abdulloh. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media
Pratama
·
Noor Syam, Mohammad. 1988 cet.4. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
·
Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media
·
Noor Syam, Mohammad. 1988 cet.4. Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha
Nasional
·
Dakker, Anton.2000.Antropologi Metafisika.Yogyakarta: KANASIUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar