Minggu, 07 Juni 2015

Hakekat Kedudukan dan Aliran Filsafat



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur ketiganya dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan oleh sang Robb.
Dalam Al qur’an surat Az-Zariyat (51) ayat 56, Allah SWT telah berfiman yang artinya kurang lebih demikian; “Aku (Allah SWT) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Dari tafsir tersebut terlihat jelas bahwa jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Namun, banyak dari golongan manusia yang tidak dapat melakukan sebagaimana yang diharapkan oleh sang pencipta (Allah SWT), malah manusia berbuat sebaliknya dan mengingkari apa yang telah dikaruniakan. Itu karena manusia belum memahami betul hakikat dirinya diciptakan dan diturunkan dibumi dilihat dari segi agama islam.
Dengan adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun.Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan.Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.
Filsafat merupakan cabang ilmu pengetahuan yang selalu menggunakan pemikiran mendalam, luas, radikal (sampai keakar-akarnya), dan berpegang pada kebijakansanaan dalam melihat suatu problem. Dengan kata lain, filsafat selalu mencoba mencari hakikat atau maksud dibalik adanya sesuatu tersebut.
Dalam makalah ini, penulis mencoba membahas sedikit tentang hakekat manusia dilihat dari segi filsafat (menyeluruh). Sebenarnya untuk apa manusia hidup, bagaiman ia harus hidup, dll. Yang nantinya, dengan melihat hakekat manusia tersebut, apa kaitanya dengan proses pendidikan.
Mengingat manusia merupakan makhluk yang istimewa dan tidak akan pernah cukup membahas tentang manusia yang luas hanya dengan satu makalah, maka penulis sangat mengharap saran dan kritikan yang membangun dari peserta ketika nanti dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan (baik pernyataan maupun penulisan) atau masih ada yang belum lengkap (kurang).

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian filsafat ?
2.    Bagaimana hakekat manusia dilihat dari sudut pandang filsafat?
3.    Bagaimana kaitan antara filsafat, pendidikan dan manusia?
4.    Bagaimana kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi filsafat.
2.    Untuk mengetahui hakekat manusia dari sudut pandang filsafat.
3.    Untuk mengetahui kaitan antara filsafat, pendidikan dan manusia.
4.    Untuk mengetahui kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Sebelum lebih jauh membahas tentang hakekat manusia dalam pandangan filsafat, izinkan penulis sedikit memaparkan tentang pengertian filsafat itu sendiri terlebih dahulu.Secara etimologis, filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan.Jadi filsafat adalah “cinta kebijaksanaan”.Kemudian dari pendekatan etimologis tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti pengetahuan mengenai pengetahuan, akar dari pengetahuan atau pengetahuan yang terdalam.
Secara terminologis, banyak sekali pendapat-pendapat yang berkenaan dengan pengertian filsafat.Tidak ada pengertian yang secara pasti, tetapi berikut beberapa pengertian yang penulis dapat dari beberapa sumber.
1.    Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul didalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.
2.    Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakekat kebenaran sesuatu.
3.    Filsafat adalah daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami dan menyelami secara radikal, dan integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.

B.     Hakikat Manusia dalam Pandangan Filsafat
Sebagaimana telah sedikit di utarakan di awal tadi, manusia merupakan makhluk yang sangat unik.Upaya pemahaman hakekat manusia sudah dilakukan sejak dahulu.Namun, hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda.Bahkan orang kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan  dan lain – lain. Semua itu menyebabkan suatu pernyataan belum tentu pas untuk di amini oleh sebagian orang.
Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini.
a.    Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi.
b.    Manusia adalah Animal Rational,artinya binatang yang berpikir.
c.    Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun.
d.   Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat.
e.    Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
f.     Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.
g.    Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr. M. J. Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan Animal Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Oleh karena itu, unsur rohaniah merupakan syarat mutlak terlaksananya program-program pendidikan.
Penulis akan mencoba memaparkan apa sebenarnya hakekat manusia yang dirangkum dari beberapa sumber bacaan. Ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia disebut Antropologi Filsafat. Berikut pembahasan mengenai manusia:
1.    Masalah Rohani dan Jasmani
Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan jasmani (sudut pandang unsur pembentuk manusia) yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, dan aliran eksistensialisme.
a.         Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
b.         Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakekat sesuatu yang ada didunia ini ialah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh diatas dunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh ) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh ( Gazalba, 1992: 288 ). Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi.Hal ini mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya, maka materi/jasadnya tidak ada artinya.Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakekat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.
2.    Sudut Pandang Antropologi
Dari segi antropologi terdapat tiga sudut pandang hakekat manusia, yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila. Berikut penjelasan dari ketiganya:
a.         Manusia Sebagai Makhluk Individu (Individual Being)
Dalam bahasa filsafat dinyatakan self-existence adalah sumber pengertian manusia akan segala sesuatu. Self-existence ini mencakup pengertian yang amat luas, terutama meliputi: kesadaran adanya diri diantara semua relita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisasi. Manusia sabagai individu memiliki hak asasi sebagai kodrat alami atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya.Hak asasi manusia sebagai pribadi itu terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.
Disadari atau tidak menusia sering memperlihatkan dirinya sebagai makhluk individu, seperti ketika mereka memaksakan kehendaknya (egoisme), memecahkan masalahnya sendiri, percaya diri, dll.Menjadi seorang individu manusia mempunyai ciri khasnya masing-masing. Antara manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, bahkan orang yang kembar sekalipun, karena tidak ada manusia di dunia ini yang benar-benar sama persis. Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak.
Jadi dalam pendidikan seorang guru sangat perlu memahami hakekat manusia sebagai individu. Itu kaitanya dengan menghargai perbedaan dalam setiap anak didiknya, agar sang guru tidak semena-mena dan memaksakan kehendaknya (diskriminasi) kepada peserta didik. Perbedaan itu bisa berupa fisik, intelejensi, sikap, kepribadian, agama, dll.
b.         Manusia Sebagai Makhluk Sosial (Sosial Being)
Telah kita ketahui bersama bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian, manusia membutuhkan manusia lain agar bisa tetap exsis dalam menjalani kehidupan ini, itu sebabnya manusia juga dikenal dengan istilah makhluk sosial. Keberadaanya tergantung oleh manusia lain.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial ialah adanya kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan itu.Adanya kesadaran interdependensi dan saling membutuhkan serta dorongan-dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas itu.Kehidupan individu di dalam antar hubungan sosial memang tidak usah kehilangan identitasnya. Sebab, kehidupan sosial adalah realita sama rielnya dengan kehidupan individu itu sendiri. Individualitas itu dalam perkembangan selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitas. Tiap manusia akan sadar akan kebutuhan hidup bersama segera setelah masa kanak-kanak yang egosentris berakhir.
Seorang guru dalam kegiatan pembelajaran perlu menanamkan kerjasama kepada peserta didiknya, agar kesadaran sosial itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan strategi dan metode yang tepat, juga dengan pemberian motivasi tentang kebersamaan.
c.         Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being)
Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila bersumber pada kepercayaan bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma.Kesadaran susila (sense of morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru adanya nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah di dalam kehidupan sosial.Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah fungsi sosial. Asas kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yanng membedakan manusia dari pada hidup makhluk-makhluk alamiah yang lain. Rasio dan budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu.
Ketiga esensi diatas merupakan satu kesatuan yang tidak terlepaskan dari diri manusia, tinggal ia sadar atau tidak. Beberapa individu mempunyai kecenderungan terhadap salah satu esensi itu.Ada yang cenderung esensi pertama yang lebih menonjol, ada yang kedua dan ada yang ketiga.Semua tergantung pemahaman dan pendidikan yang dialami oleh si individu tersebut.Fungsi pendidikan adalah mengembangkan ketiganya secara seimbang.Agar manusia dapat menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang sedang dialami.Sesuatu yang berlebihan atau malah kurang itu tidak baik, jadi yang terbaik itu adalah seimbang.

C.    Hubungan Antara Filsafat, Pendidikan dan Manusia
Dari pemaparan diatas, ternyata menusia benar-benar merupakan makhluk yang unik.Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll.Semua itu bercampur aduk menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maximal atau tidak, dengan baik atau buruk.Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik.Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dalam sub bab ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan.
·         Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan  pendidikan.
·         Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat.Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari Allah swt.
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia.Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan.Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas.Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan memperkosa kodrat manusia.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan.
Berikut ini kedudukan filsafat dalam berbagai aspek :
a.         Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat diamati.Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok.Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti ilmu pitu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, antara lain :
1)   Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
2)   Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3)   Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4)   Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.
5)   Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
b.    Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia
Untuk memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat. Filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang yang bijaksana. Dalam arti lain, filsafat didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang radikal dalam arti mulai dari akarnya masalah samapai mencapai kebenaran melalui tahapan pemikiran. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu yang berada disekitar manusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya.Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia seperti akal, rasa dan kehendak.Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan.Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasanya digambarkan bahwa manusia yang baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi herditas yang dibawa manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi dengan manusia yang lainnya.
Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah.Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Dan hal itu harus melalui pendidikan.Jadi bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan (Animal educandum). Karena potensi dasar yang dibawa sejak lahir, masih harus dikembangkan lagi dalam lingkungannya melalui pendidikan.(Animal educable). Kedewasaan merupakan tujuan perkembangan manusia dan kata kunci dalam pendidikan. Karena pendidikan juga bisa disebut sebagai suatu upaya mendewasakan anak manusia, yaitu membimbing anak agar menjadi manusia yang bertanggung jawab(menunjukkan adanya kesadaran normatif pada diri manusia).
Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan..sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan berfikir filsafat, sseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik.Oleh karena itu erat sekali hubungan antara keberadaan manusia, filsafat dan pendidikan dalam proses kehidupan manusia di dunia ini.
Jadi, hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat adalah sebagai berikut; filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia.Sehingga dihasilkan manusia yang sejati, yang utuh sebagaimana dititahkan oleh Allah SWT.

D.    Aliran Filsafat
Aliran-aliran filsafat terdiri dari :
1.    Idealisme
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit).Arti falsafat dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism.Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
2.    Materialisme
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi.Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya adalah metafisika materialisme.Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis.Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
3.    Eksistensialisme
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
4.    Monisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal) secara istilah monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat tunggal/ Esa.Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll.Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide.Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff (1679-1754).Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
5.    Dualisme
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua).Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang.Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan dll.Ada pula yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan rohani.
6.    Pluralisme
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut; filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah “cinta kebijaksanaan”.` Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakekat kebenaran sesuatu.
Dalam filsafat, pemahaman manusia dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: pertama, masalah rohani dan jasmani; Aliran Serba zat (Faham Materialisme), Aliran Serba Ruh, Aliran Dualisme, dan Aliran Eksistensialisme. Kedua, sudut pandang antropologi; manusia sebagai makhluk individu (individual being), manusia sebagai makhluk sosial (sosial being) dan manusia sebagai makhluk susila (moral being).Ketiga, pandangan Freud tentang struktur jiwa (kepribadian); bagian dasar atau das Es (the Id), bagian tengah atau das Ich (aku) dan bagian atas atau das Uber Ich (superego). Keempat, sudut pandang asal-mula dan tujuan hidup manusia ; kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula.
Hubungan antara manusia, filsafat dan pendidikan terletak pada; filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia.
Filsafat mempunyai beberapa aliran yaitu : 1) Aliran Idealisme, 2) Aliran Materialisme, 3) Aliran Eksistensialisme, 4) Aliran Monisme, 5) Aliran Dualisme, 6) Aliran Pluralisme.



DAFTAR PUSTAKA

·         Asifudin, Ahmad Janan. 2009. Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam (Tinjauann Filosofis). Yogyakarta: Suka Press
·         Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka setia
·         Jalaludin dan Abdulloh. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama
·         Noor Syam, Mohammad. 1988 cet.4. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
·         Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
·         Noor Syam, Mohammad. 1988 cet.4. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
·         Dakker, Anton.2000.Antropologi Metafisika.Yogyakarta: KANASIUS

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Translate

Pages - Menu